Friday, September 27, 2019

Kenapa Harus Berbenah?

Bismillah,
Assalamualaykum,

Sumber : Freepik

Aku kira pertanyaan kenapa, hanya ada dalam materi Blog yang aku bawakan haha, ternyata tiba masuk ke kelas Gemari Pratama eh kena lagi dengan pertanyaan kenapa?

Dan lagi-lagi setiap mau dapatkan ilmu tentang sesuatu, pastinya harus tahu dulu niat kita apa nih, jangan ujug-ujug ikut tapi gak tau untuk apa, mau ngapain, yang ada ntar mubazir dan sia-sia, naudzubillah.

Kenapa harus berbenah?

Karena rumah baru

Alhamdulillah ada rezeki untuk merenovasi rumah, keinginan renovasi ini aku cantumkan dalam secarik kertas di tahun pertama menikah dan aku tempel di dinding, MasyaAllah di tahun ke 5 pernikahan impian itu terwujud.

Nah momen renovasi ini, apalagi saat pindahan ke rumah baru. Aku decluttering lagi. Total 3 hari aku pesta dengan benda yang tidak enak dilihat, didengar dan dirasakan ( clutter )

Kata clutter berasal dari Bahasa Inggris artinya kekacauan, kebisingan, kekusutan, keributan. Pada rumah yang gak rapi, clutter muncul sebagai benda-benda yang berantakan, gak punya ‘rumah’.

Clutter juga berarti tumpukan benda yang terabaikan dan tidak dimanfaatkan secara optimal.
Makna clutter jika dikaitkan dengan pekerjaan adalah pekerjaan yang gak kita cintai tapi terpaksa dijalani setiap hari.

Ya ampun, mengganggu sekali ternyata makna clutter ini yah, bisa jadi clutter juga yang membuat hidupku gini-gini aja, sering stress gak jelas, galau, rugi finansial, kawan syaithon juga sebab ujungnya mubazir, ya Allah T_T

Nah, momen rumah baru inilah aku jadi evaluasi semuanya, aku benar-benar tegas dengan diriku sendiri, tapi ada clutter yang masih aku lemah melepaskannya huwaaa…

Beli Buku, Tapi Entah Kapan Bacanya

Saat diskusi dengan suami, apa aja clutter di rumah ini, dengan cepat dia jawab, B.U.K.U. Aku masih belum kuat merelakan novel-novel teenager-ku yang dulu ada kubeli pakai duit sendiri, ada juga dikasi, trus ada tanda-tangan penulisnya, selalu mikir gini, ntar kalau aku menulis novel, novel-novel ini yang jadi inspirasi jika sewaktu waktu writing block. Namun, sampai sekarang novelku gak kelar-kelar, sepertinya aku juga harus punya strong why untuk menulis novel.

Lalu ada buku-buku klasik waktu aku ngaji MDA zaman SD dulu, juga ada majalah. Alhamdulillah buku-buku ini punya ‘rumah’ jadi gak gitu mengganggu, paling aku menetapkan batas waktu, mana yang  harus direlakan.

Baju Kaos Suami

Nah pada suami, clutter dia itu sekarang adalah baju kaos, tapi aku terlibat juga dalam menumpuknya haha, sebab tiap ada event yang kasi baju kaos, ya aku kasi ke dia, aku sesekali pakai baju kaosnya, lebih semriwing pakai daster, euy.

Baju kaos dia banyak, tapi yang dipake itu lagi itu lagi wkwkw, tapi sejauh ini gak pernah beli lagi kok.

Kardus dan Plastik 

Clutter berikutnya ada kardus, nah urusan ini aku dibantu mamak mertua, Alhamdulillah ya, blio yang paling tegas perkara menumpuknya kardus di rumah, soalnya aku yang numpuk dia yang jual ke tukang botot, trus duitnya untuk emak wkwkw.

Aku menumpuk kardus, sebab bisa dibuat mainan anak, namun lagi-lagi niat, ngumpulin kardus nya aja yang kencang, buat prakarya untuk anaknya entah kapan.

Kardus ini muncul dari mana-mana, dulu bekas beli susu Olil, sekarang kardus ada dari penganan yang dibawa mahasiswa kalau bertamu, hasil berburu cemilan di gufud. Kardus itu aku buka dan rapihkan lagi, lalu kumpulin, jadinya gak menumpuk deh.

Plastik muncul akibat pola belanja, Alhamdulillah sekarang jauuuh berkurang. Kalau pun ada plastik sebisa mungkin untuk mencucinya jika kotor dan jemur lalu pakai lagi.

Ada rencana dalam otakku bahwa plastik yang terkumpul ini dikasi lagi ke kedai kelontong untuk wadah belanja buibu yang belanja ke kedainya. Begitu juga tumpukan kertas dari bab skripsi mahasiswa suamiku yang ada di rumah, sebaiknya aku kasi saja ke kedai kelontong, untuk wadah bungkus cabe dan belacan mungkin.

Gamis

Kalau mamak mertuaku, clutter blio lebih ke gamis, namun kami gak gitu terganggu sebab, aku khususnya suka pinjem gamis mamakku haha.

Dampak Clutter

Dampak clutter bagi aku adalah direpetin mamak mertua haha. ‘Barang kelen yang paling banyak’ gitu omelnya pas pindahan ke rumah sementara saat rumah lama direnov. Duh nyesek ya sis haha.

Belum lagi aku baper saat awal-awal berumah tangga, emak suka beresin barang clutter-ku, selain kesal, karena khawatir ada barang yang masih aku perlukan ikut terbuang trus aku merasa gak ada privacy huhu, tapi kan itu semua salahku ya kan, numpuk barang di rumah mamak mertua, yaiyalah haha.

Pokoknya jiwaku jadi gak sehat efek clutter ini. Stres sendiri jadinya. Kalau aku udah stress ya seisi rumah jadi gak asyik juga, suami dan anak ikutan gak nyaman dekat aku, belum lagi kehadiran nyamuk-nyamuk nakal.

Tujuan yang Ingin Dicapai Jika Berhasil Terbiasa Hidup Rapi

Pernah baca dimana gitu, sesuatu akan jadi kebiasaan bila dilakukan konsisten selama 40 hari. Pastinya tujuan berbenah kalau udah jadi habit, rumah akan senantiasa rapi.

Ingin aku hempaskan  mindset pemakluman bahwa jika punya balita di rumah, dijamin rumah gak bakal bisa rapi. Azzamkan untuk bisa rapi. Kalau semua benda di rumah sudah memiliki ‘rumah’ tentu untuk merapikannya tidak perlu waktu lama, paling hanya membuat jadwal mana yang harus dibersihkan rutin sebulan atau tiga bulanan.

Kalau sudah rapi, semua penghuni rumah akan betah di rumah, barulah terasa rumahku surgaku *eaak. Hidup jadi lebih efektif, bahagia, dapat maksimal berperan dalam urusan lain seperti mengasuh anak, sebab mengasuh anak juga peran yang bakal diminta pertanggungjawabannya oleh Allah kelak di akhirat.

Jadi kalau udah gemar, bersihkan rumah udah kayak auto pilot aja gitu tanpa ada rasa bosan. Seminggu pertama ikut kelas Gemar Rapi, aku super rajin bersihkan rumah haha, sempat terbersit rasa bosan, kayaknya musti ganti suasana, misal pas berbenah, yang pertama dilakukan apakah mencuci piring, menyapu dapur, atau menyapu teras dulu.

Tujuan berikutnya adalah aku pengen gak aku aja yang rajin berbenah, suami juga, anak mah bisa aku kendalikan. Suami agak ekstra lah usahanya haha, tapi dia udah menunjukkan alarm. Tempo hari dia bilang gini, ‘Bun, buatkan ayah jadwal ya berbenah apa aja di rumah’. Nah sedapkan alarmnya, aku pun langsung membuat list pembagian pekerjaan rumah.

Kemudian, tujuan jangka panjangnya adalah, agar kebiasaan berbenah ini jadi memori yang melekat erat pada anakku, pastinya memori yang menyenangkan ya, jangan sampai anak jadi trauma urusan berbenah. Makanya sebisa mungkin berbenah aku buat jadi kegiatan menyenangkan untuk anakku, sehingga nanti dia dewasa, dia jadi gemar rapi.

Selain itu, tujuan jangka panjang lagi, semoga bisa mengarah menuju hidup zerowaste, lalu punya banyak waktu mengembangkan keahlian lain dan pastinya punya banyak waktu berkualitas dengan anak dan pasangan. Intinya lebih menikmati hidup.

Motivasi Berbenah yang Paling Memantik Semangat Berbenah

Jujur, untuk menjadikan berbenah ini kebiasaan adalah sungguh tidak mudah. Rasa malas itu kerap singgah T_T , godaan untuk menyelesaikan pekerjaan tulisan itu sangat besar dan godaan lainnya.

Tapi sebenarnya, kalau kita mendahulukan berbenah tiap pagi, menyempatkan waktu beberapa jam aja untuk berbenah, setelah itu kita bisa mengerjakan hal lain dengan aman sentosa tanpa teringat cucian piring yang menumpuk, sampah yang belum diolah, tanaman yang belum disiram, teras rumah yang belum disapu, huwaaaa….ya kan ya kan. Jadi luangkan waktu berbenah dan aku kuatkan motivasi berbenah dengan poin ini,

Kebersihan adalah Sebagian dari Iman

Kalau gak bersih berarti separo imannya entah kemana, begitulah makna kalimat semangat ini. Kalau buka kitab Fiqh bab pertama yang dibahas adalah Thaharah.

Kurang apalagi coba Islam mengedepankan kalau bersih itu super penting loh. Bahkan bersih menjadi syarat diterimanya sholat kita. MasyaAllah.

Semua Akan Ada Hisabnya

Salahsatu fase yang kita akan lewati sebelum masuk ke syurga atau nerakanya Allah adalah fase hisab ( hari perhitungan) dan ini juga maksud dari iman kepada hari Akhir.

Pada hari tersebut Allah menampakkan kepada manusia amalan di dunia, baik amal buruk maupun amal baik.

Dunia bukan tempat tinggal, tapi tempat meninggal, tak lama kita di dunia yang lama itu di akhirat, lalu bekal apa yang udah disiapkan untuk ke akhirat? Barang-barang clutter kita? Sampe disini aku jadi mewek T_T

Bahkan sampai ke jarum pentul pun, Allah akan minta pertanggungjawabannya. Apakah sedetil itu?
Intinya bertanggungjawablah pada benda yang kita miliki, sudah dimanfaatkan semaksimal mungkinkah fungsinya atau terbengkalai?

Maka paham aku maksud doa Rasul SAW saat melihat sahabatnya memakai pakaian baru,

Kenakanlah sampai lusuh.

Didoakan agar dipakai sampai gak bisa dipakai lagi, bahkan dibeberapa kisah, Rasul aja sampai jahit sendiri sandal dan bajunya yang mulai koyak T_T itu Rasul ya Rasul yang bisa aja berdoa minta gunung emas aja sama Allah sekejap mata bisa Allah kabulkan. Kita siapaaaa? Bukan Rasul euy.

Sooo, pertanyaan besar sebelum membeli sesuatu, 'Benda ini akan bawa aku ke syurga gak ya?'

Atau jangan sampai hisab kita jadi puanjaaaang sekali prosesnya  gara-gara terlalu banyak benda yang harus dimintai pertanggungjawaban.

naudzubillah

*auto delete barang whishlist di aplikasi belanja online wkwkw

Suami dan Anak

Motivasi pemantik berikutnya adalah dua kesayangan. Suami layak dapat pasangan yang rajin berbenah dan anak juga layak dapat ibu yang jadi tauladan berbenah. Mereka layak dapat rumah yang bersih dan pastinya gak zolim juga terhadap lingkungan, belajar untuk hidup zerowaste minimal lesswaste.

Suami, mohon ridho dan doanya selalu.

With love Zee

Tip Keren Agar Ibu Santai Bicara Menstruasi Pada Anak

Assalamualaykum Bunda,  Menstruasi pada anak perempuan adalah hal normal namun zaman saya dulu sungguh hal ini masih tabu, gak banyak orangt...