Sunday, October 13, 2019

Membangun Pilar-Pilar Gemar Rapi dalam Rumah Tangga #2

Bismillah,
Assalamualaykum,

Melanjutkan materi Pilar Gemar Rapi bagian kedua ini dibuka dengan, mindset berbenah itu yakin bisa!

Membangun Pilar-Pilar Gemar Rapi dalam Rumah Tangga #1

Ingat, belajar artinya dari yang tidak tahu jadi tahu, dari yang melakukan tindakan lama jadi melakukan tindakan baru yang lebih baik.

Pada pilar ke 5 Menyesuaikan Kondisi Individu ( Personalized )

Metode Gemar Rapi dirancang untuk memenuhi kebutuhan individu seseorang. Nah pada task 3 ini

Apakah saya sudah memahami kebutuhan diri saya serta anggota keluarga dalam kepemilikan benda-benda di rumah?

Alhamdulillah sudah

Buatlah rangkuman diskusi keinginan serta tipe anggota keluarga saya ketika nanti bergerak berbenah

Saya, Alhamdulillah bekal pengetahuan dasar mengenai zero waste membuka wawasan tentang kepemilikan barang. Beberapa pakaian lama sudah banyak yang didonasikan, adapun gamis dan daster gak lebih dari 10 pcs, sepatu hanya ada 3 pasang, tas cukup dengan ransel, buku cukup banyak huhu, kalau belanja sekarang gak lihat ada bonus beli 1 dapat 1 gelas, benar-benar pahami kebutuhan.

Suami, Alhamdulillah, baju mulai didonasikan, tapi baju kaos yang berlebih masih disayang-sayang namun sudah ada ‘rumah’ sehingga saya lebih lega, untuk urusan meletakkan barang, suami masih terus dibisik bisik manjah sebagai ikhtiar mengingatkannya dengan lemah lembut, untuk urusan kepemilikan barang kami sepemikiran, memakai apa yang ada.

Anak, Alhamdulillah, udah lama stop belanja mainan, tinggal nabung beli aparatus montessori itupun masih direncanakan lihat kebutuhan, sepertinya bakal gak nambah lagi, soalnya sedang mengusahakan untuk sekolah yang memakai metode ini. Untuk pakaian, pun anaknya gak ribet. Sepatunya 1, tas sekolah 1, boneka yang banyak. Dan masing-masing benda sudah punya ‘rumah’ sehingga saat merapikan kembali, anak sudah bisa diajak kerjasama.

Pilar 6, RASA

RASA adalah prinsip Gemar Rapi yang merupakan akronim dari

Rapi dan Teratur
Aman dan Nyaman
Sehat dan Bersih
Alami dan Berkelanjutan 

Prinsip ini yang nanti akan ada dalam tiap task selanjutnya.

Dalam hal menghargai RASA itu sendiri dalam artian sebenarnya diwakilkan oleh istilah Hygge :

Perasaan yang menenangkan dan menyenangkan

Dalam hal Gemar Rapi, Hygge diartikan:

Tempat yang nyaman adalah tempat yang ketika berada disana kita merasa jauh dari stress dan pikiran negatif

Coba list kriteria Hygge saya dan anggota keluarga saya dalam rangka memahami defenisi rasa di rumah kami :

Alhamdulillah dapat rumah dipinggir tali air, walau setiap kali hujan sekota Medan yang kadang berpotensi membuat air melimpah dan menggenangi khusus sepanjang lorong rumah kami saja, beruntung air seringnya cepat surut juga.

Rumah kami jauh dari hiruk pikuk jalan raya, tenang, semilir tanaman bambu penopang tanah sisi tali air kadang menari-nari tertiup angin.

Karena berpotensi banjir, desain rumah kami pun sedikit tinggi dari jalan depan rumah, tak banyak furniture di rumah, sebab meminimalisir serangga seperti nyamuk datang ke rumah, rumah juga harus senantiasa dalam keadaan bersih sebab khawatir tikus-tikus gentayangan lagi di dalam rumah, Alhamdulillah sekarang gak lagi.

Rapi dan Teratur

Setiap barang memiliki ‘rumah’ dan disusun berdasarkan kategorinya sehingga memudahkan serta tidak menghabiskan waktu lama saat mencarinya.

Peletakkan mainan anak pada raknya, mainan yang jarang dimainkan diletakkan dalam kontainer khusus.

Aman dan Nyaman

Simpan benda berbahaya dan potensi racun pada tempat / ‘rumah’ yang tidak dapat dijangkau anak.

Membuat ruang tengah kosong dengan furniture, sehingga anak dan anggota keluarga bebas berkegiatan di ruang tengah.

Melepas semua charger saat tidak digunakan.

Sehat dan Bersih

Stok baking soda sebagai pembersih alami. Membuat cairan lemon dan cuka. Membersihkan furniture yang rentan debu dengan lap dan cairan pembersih.

Menyapu rumah sehari dua kali, mengepel rumah dua hari sekali atau sehari sekali bila perlu. Mencuci baju dua hari sekali.

Memanfaatkan sinar matahari, sebagai pencahayaan alami saat siang, meminimalisir penggunaan lampu atau listrik saat siang hari.

Alami dan Berkelanjutan 

Menanam tanaman yang bisa dimakan seperti bayam, cabai. Membuat komposter. Belanja seminggu sekali, melakukan food preparation. Memasak makanan sendiri, mengurangi jajan di luar. Mencuci sampah plastik yang terlanjur masuk rumah dan mengumpulkannya untuk dijual atau diberikan kepada pengepul.

Pilar 7, Memenuhi Standar Safety dan Hygiene

Higienis menurut Gemar Rapi sebisa mungkin steril dari kuman dan sumber penyakit.

Apakah rumah sudah sehat dan aman?

Alhamdulillah sudah, kami dari dulu tidak memakai obat nyamuk, sehingga awal sekali berumah tangga kami pakai kelambu.

Aman, rumah dipasang pagar, selain khawatir anak main ke tali air, pun ikhtiar untuk berjaga dari maling, sebab rumah kami paling ujung, hanya berbatas oleh tali air saja, sehingga kadang bisa sangat sepi sekali huhu.

Sejauh mana kehidupan sehari-hari terkoneksi dengan prinsip Safety dan Hygiene?

Anak diajarkan penggunaan kompor gas. Saya juga pernah mendapatkan info seputar pemasangan dan penggunaan selang kompor gas.

Anak diajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar.

Selalu sedia P3K di rumah

Periksa seluruh kondisi rumah, sebelum berangkat ke luar rumah

Dulu sempat punya tas khusus siaga bencana, sepertinya tas ini perlu dibuat lagi.

Pilar 8, Tidak Mencemari Lingkungan ( Environment )

Upaya keluarga saya agar hidup tidak mencemari lingkungan:

- Refuse : kalau terpaksa jajan di luar, pastikan membeli jajanan yang bahannya ‘sayang bumi’ apakah kertas atau daun. Membawa wadah sendiri atau menahan diri tidak jajan
- Reduce : Mengurangi pemakaian plastik, sebisa mungkin memakai kantong berbahan kain.
- Reuse : Memakai berkali-kali, pakaian yang sama, memadu padakan jilbab dengan gamis.
- Recycle : Bentuk kembali, pakaian yang tak terpakai, dijadikan kain lap, wadah botol dijadikan wadah menanam
- Rehome : donasikan baju atau sepatu anak yang sudah tak muat tapi masih bagus
- Repurpose : alih fungsi, wadah plastik yang pecah ditempel kembali, dijadikan wadah mainan anak
- Replant : Tanam kembali, menanam bawang yang sudah berakar, menanam sereh di pekarangan rumah.
- Rot : Kembali untuk bumi, membuat komposter

Sunday, October 6, 2019

Membangun Pilar-Pilar Gemar Rapi dalam Rumah Tangga #1

Bismillah
Assalamualaykum



Setelah pada task sebelumnya membahas ‘strong why’ berbenah, minggu ini udah mulai oyong kapten haha, sebab masuk pada pembahasan Pilar-Pilar Gemar Rapi bagian pertama.

Demi mendukung Metode Gemar Rapi secara menyeluruh ada 8 Pilar yang menyangga metode ini, ibarat bangunan, jika pilarnya gak terpancang semua, ya bakal pincang dan risiko bangunan roboh.

Apa saja Pilar Gemar Rapi itu ( bagian 1 )

1. Dilakukan Oleh Sang Pemilik Barang
2. Penguatan Mindset sebagai pondasi awal
3. Perubahan Kebiasaan sebagai tujuan
4. Pengurangan Barang ( declutter)

Pilar 1, Dilakukan Sang Pemilik Barang

Alhamdulillah ya pilar pertama ini mendukung proses berbenahku selama ini, soalnya tiap kali berbenah koleksi baju kaos suami, ku selalu tanya dia dulu mana yang masih mau dipakai, dan mana yang gak.

Sebab emang sulit banget berbenah, tapi yang dibenahin barang bukan milik kita, huhu.

Yang dinyatakan barang milik sendiri itu apa sih menurut Gemar Rapi?

Setiap benda yang disimpan di rumah  menjadi bermakna tatkala pemiliknya menggunakan sesuai fungsi, merawat, menghargainya, tidak diabaikan dan dilupakan.

Karena sulitnya menentukan barang itu masih dipakai sama pemiliknya jika yang membereskannya adalah bukan yang punya, maka rekomendasi Gemar Rapi adalah:

Sang pemilik barang membuat daftar atau perhitungan jumlah seluruh barang pribadi miliknya
Dengan ada catatan begini, saat keinginan menambah barang terlintas, maka kita jadi punya pertimbangan deh.

Jadi teringat kalau kita bekerja di perusahaan, pasti ada yang namanya inventaris kantor, selayaknya seperti itu juga ya kan di rumah.

Siap laksanakan mah catatan ini.

Poin pilar pertama ini aku sekalian masukkan jawaban task,

Apakah anggota keluarga Anda sepakat dengan prinsip pilar pertama?

Suami pas ditanyain, Alhamdulillah sepakat. Kalau anak, sepakat juga, dari dini diajarkan mana tentang kepemilikan.

Aku gak berani nanya mamak mertua mah haha, aku jadi anggotanya aja, biasa aku mendorong suami untuk sampaikan hal penting, agar disampaikan lagi  ke mamaknya, begitcu.

Seandainya mereka sibuk dan tidak berminat berbenah bersama, upaya apa yang akan Anda usahakan ke depan jika jadwal berbenah dibuat nanti

Upaya pertama adalah buat kesepakatan kepada seluruh anggota keluarga untuk 

-  Membereskan barang miliknya segera setelah digunakan
-  Merapikan kembali jika sudah selesai berkegiatan baik itu bekerja, belajar atau bermain
-  Meletakkan barang pada tempatnya
-  Saling mengingatkan bila ada anggota keluarga yang lupa dengan tiga kesepakatan di atas
-  Saling membantu dengan ikhlas bila anggota keluarga khilaf meletakkan barangnya

Upaya berikutnya: Sounding tanpa henti dengan penuh kasih sayang dan kelembutan

Alhamdulillah, suami udah kena sounding  berbenah jauh-jauh hari. Dan dia pernah bilang begini,

‘Bun, dibuat aja jadwal apa aja yang harus ayah beresin’

Wuokeh, ssiaaap komandan!

Namun, aku harus perjelas tugas delegasi berbenah barang milik suami ini:

- Barang apa saja yang akan aku bantu eksekusinya
- Indikatornya apa, dan 
- Batas waktunya gimana ( waktu pasti berapa lama barang ( declutter ) itu disimpan

Upaya lain adalah, aku ada rencana pasang whiteboard lagi
, tapi suami gak suka aroma tinta spidol, aku akan mensiasatinya pakai wiregrid dan ditempel di dinding, untuk kemudian bisa jepit-jepit catatan di wire itu. Tentunya termasuk jepit jadwal berbenah pekanan, bulanan, 3 bulanan.

sumber: freepik


Jadi meskipun gak berbenah bersama, tapi suami tetap berbenah, sesuai jadwalnya :-D

Kalau upaya berbenah kepada anak, usahaku adalah tetap terus sounding, sekalian membuat catatan observasi hariannya, jadi dari catatan itu tahu mana dari perilaku anakku yang harus dibenahi, mana yang udah jadi kebiasaan positif.

Jika suami sedang berhalangan untuk berbenah sesuai jadwalnya, maka sebelumnya harus sudah dikomunikasikan apa yang tidak bisa dikerjakan, ditunda harinya, atau minta aku yang mengerjakannya.

Pilar 2, Penguatan Mindset Sebagai Pondasi Awal 

Membahas mindset pembicaraan di grup sungguh membuatku menyeruput seduhan teh hijauku berkali-kali meski itu hanya dalam bayangan haha.

Mindset itu apa?

Aku pinjam catatan kawan sekelas ku Mb Yulfa, dalam buku The Secret of Mindset, menyimak kutipan Adi W Gunawan dari kamus elektronik tentang arti mind-set.

Mindset terdiri dari dua kata, Mind dan set

Mind : sumber pikiran dan memori, pusat kesadaran yang hasilkan pikiran, perasaan, ide, persepsi, menyimpan pengetahuan dan memori

Set : Mendahulukan peningkatan kemampuan dalam suatu kegiatan, keadaan utuh

Oke bagian set nya aku belum paham haha, cus ke simpulan aja ya.

Mindset : Kepercayaan ( belief ) atau sekumpulan kepercayaan ( set of beliefs ) atau cara berpikir yang mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Mindset dibentuk dari apa yang masuk ke dalam diri kita bertahun-tahun. 

Membaca kata ‘bertahun-tahun’ , aku mendadak horror, kebayangkan jika itu adalah mindset negative, lalu level kepercayaan ( mindset)  meningkat jadi keyakinan, kemudian berujung pada kebiasaan yang dijalani seumur hidup dan gak sadar-sadar.

Lalu balik lagi memahami materi kuliah Gemar Rapi tentang Mindset.

Ada satu hal yang aku highlight, Robert Sternberg, seorang guru intelegensi mutakhir menuliskan bahwa seseorang mencapai keahlian tertentu bukanlah karena kemampua yang sudah melekat sebelumnya, melainkan dengan USAHA KERAS dan MAKSUD/TUJUAN YANG JELAS

Ada 2 Jenis Mindset :

- Fixed Mindset
 Sebuah pola pikir yang mereka percaya bahwa sifat orang ufang ditetapkan sehingga hanya dibuktikan aja terus menerus. Hidup ini ya emang kayak gini. Orang yang berpikiran fixed sudah menunjukkan kemampuan sendiri sebelum ada proses pembelajaran apapun. Buruknya dari sifat ini adalah, membuat orang malas belajar hal baru.

Aku memang orangnya pemarah-lah / gak sabaran akutuh / aku emang gini orangnya mau kek mana lagi, udah default soalnya / aku orangnya emang berantakan dari sononya.

Astaghfirullah, kok ujungnya jadi manusia putus asa, putus asa untuk mengubah diri jadi lebih baik  ya dengan fixed mindset ini T_T ever been there long time ago, deh huhu

Baru paham, mengapa banyak perkataan Allah dalam Al Qur’an yang memerintahkan manusia untuk berpikir,

- Growth Mindset
Orang yang ber-mindset tumbuh ini dapat berubah dan meningkat kualitasnya melalui pembelajaran dan pengalaman. Mereka punya semangat menggelora, dan tetap melakukan sekalipun kenyataannya belum berjalan baik.

Seorang sosiolog terkenal, Benjamin Barber mengatakan bahwa di dunia ini gak ada orang lemah dan kuat, orang sukses dan gagal, yang ada ORANG YANG MENJADI PEMBELAJAR atau BUKAN PEMBELAJAR. 

Iya pulaklah kata Benjamin ini, dan kata Allah, Allah gak lihat HASIL tapi PROSES. Sehingga sejak awal kelahiran kita, Allah sudah tanam aplikasi FITRAH BELAJAR pada setiap manusia, dan pilihan kita saja, mau aktifkan aplikasi itu atau malah meng-uninstall-nya, huhu.

Cus masuk kepada pertanyaan kedua task Gemar Rapi, sebenarnya aku menulis kayak gini, penguatan pada diriku juga terhadap materi haha, sehingga kuikatlah dengan menuliskan poin-poin pentingnya.

Tuliskan pola pikir lama Anda dan keluarga kemudian korelaksikan dengan pola pikir baru setelah Anda membaca materi pilar kedua.
Pola Pikir Lama  >>> Pola Pikir Baru

1. Ikut kuliah online Gemari Pratama sekadarnya, abis kuliah abis juga kesannya, gak berbekas *berlaku untuk kuliah online lainnya 

>>> Menikmati prosesnya, simak materi dan chat grup dalam keadaan riang, sehingga otak berfungsi mengingat dan memahami materi dengan baik, tetap menjalankan proses berbenah hasil dari kuliah online dengan ikhtiar terbaek, daebak!

2. Menunda menyelesaikan pekerjaan rumah, hingga menumpuk 

>>> Mencicil pekerjaan rumah dan mengerjakannya dengan segera

3. Membersihkan rumah sekadarnya

>>> Membersihkan pakai prinsip RASA 

4. Membeli barang baru dan mengeluarkan barang yang lama

>>>  Sebelum membeli barang baru, timbang pakai Teori Kebutuhan Maslow

5. Wajar rumah berantakan karena ada balita

>>> Meski ada balita, rumah seharusnya tetap bisa rapi dan higienis

6.  Berbenah hanya tugas istri/ibu

>>> Berbenah tugas setiap orang, dan bisa dilatih/dipaksakan



Pilar 3, Perubahan Kebiasaan ( Habit ) Sebagai Tujuan

Wahai Saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan sayan sampaikan: dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan membawa bekal ( investasi ), bersama pembimbing serta waktu yang lama 
( Imam Syafi’i) 

Aku pernah nonton Drama Korea yang berjudul Your House Helper, dan apa kata tokoh utamanya saat membantu temannya berbenah, sejatinya saat berbenah, kau juga membenahi isi kepalamu.

Pas nontonnya, eh iya juga yak, trus aku balik zaman masih gadis dan kuliah, kondisi kamarku waktu itu, masyaAllah luarbiasa wkwkw, seperti itu jugalah isi kepalaku.

Nah, Berbenah yang diharapkan oleh Tim Gemar Rapi pada murid-murid kuliah onlinenya, gak hanya mengubah isi rumah aja secara teknis jadi rapi, tapi juga mengubah dalam-dalamnya diri kita, utuh loh!

Mindset, Gaya Hidup dan Kebiasaan

MasyaAllah Tim Gemari Pratama, sungguh kalian total banget huhu, semoga Allah memberkahi diri dan keluarga para fasilitator, Aamiin ya Rabb.

Menurut Ustadz Felix Siaw dalam bukunya How To Master Your Habits, dalam kenyataan sehari-hari menguasai suatu keahlian secara permanen itu ternyata lebih tergantung dari kebiasaan dibandingkan motivasi.



Contoh: Anak 2 tahun tinggal di Arab, dia  gak punya motivasi samasekali untuk menguasai Bahasa Arab *yaiyalah haha, namun dia menguasainya, tanpa disadarinya.

Tapi beda dengan orang yang sangat ingin menguasai Bahasa Arab, namun tidak menguasainya.

Motivasi aja gak cukup, Berlatih menjadikannya Kebiasaan baru totaaaal!

Keahlian lebih banyak dipengaruhi dengan practice ( LATIHAN ) dan repetition ( PENGULANGAN ).

Jadi, setelah tadi kita udah mengubah mindset, sekarang saatnya membuatnya jadi KEBIASAAN melalui latihan dan pengulangan terus menerus. 

Awalnya sulit memang untuk membentuk kebiasaan baik tapi kalau udah terbiasa dan autopilot eh malah gak bisa dihentikan serta membuat hidup kita jadi mudah. Kebayangkan kalau habit atau kebiasaan buruk yang menetap huhu.

Nah, kalau merasa kita belum menguasai sesuatu yang saangaaat kita inginkan, bisa jadi nih tulis Ustadz Felix Siaw,

Kita belum cukup banyak mengulang dan melatihnya, baik terpaksa atau sukarela

Berapa lama sih waktu yang diperlukan untuk ‘memaksakan’ kebiasaan baik itu?

Menurut penelitian, 30 hari adalah waktu yang diperlukan untuk melatih suatu dan hingga kebiasaan baru itu terbentuk. Kalau kata fasilitator, diperlukan 21 hari dilanjutkan 6 bulan tanpa putus agar jadi habit baru.

Kalau dalam keadaan lelah, berbenahnya stop dulu, lakukan dengan persiapan dan  hati riang *eaaak

Berhubung mengubah kebiasaan negative dan udah jadi karakter menuju pada kebiasaan positif serta berharap jadi karakter baik itu perlu waktu luammaaa,  maka benarlah apa yang dikatakan Imam Syafi’i huhu  *konsisten mana konsisten

Ada pola sederhana dari Charles Duhigg di buku The Power of Habit tentang mengubah kebiasaan :

- Identifikasikan rutinitas yang ingin diubah ( auto baca task 1, kayaknya bakal nambah haha catatan identifikasinya )
- Mencoba dengan reward
- Menemukan tanda ( checklist ) apa yang jadi penghambat berubah di hari itu misal, sibuk dengan gadget  ( aku banget ini, balik lagi ke management waktu ya berarti huhu)
- Susun rencana  ( buat jadwal, nah ini lagi-lagi ujungnya ke buat jadwal kan yak)
- Evaluasi ( checklist jika berhasil, ulangi jika gagal)

Lakukan selama 21 hari tadi, dan lanjutkan 6 bulan tanpa putus, sertaaaa komitmen dan konsistensi yang sekuat bajaaaa ya dalam menjalankan step perubahan kebiasaaan baik ini.

Nah, saran yang aku baca dari TnJ Lecture 2, lakukan perubahan dimulai dari membiasakan habit kecil aja dulu, sederhana, small steps.

Balik lagi menjawab task,

 Tulis perubahan kebiasaan apa saja yang Anda dan keluarga Anda lakukan ke depan bersama Gemar Rapi

Perubahan Kebiasaanku, aku akan …

- Meletakkan barang pada ‘rumah’nya 
- Bangun subuh tiap jam 3.30 WIB
- Buat jadwal harian
- Tidak menunda pekerjaan
- Listing barang milikkuh
- Membersihkan rumah secara total dan tidak sekadar
- Mengikuti kelas online dengan hati riang ^^

Perubahaan Kebiasaan Keluarga, kami akan…
- Bangun pagi maksimal jam 06.00 WIB
- Olahraga
- Meletakkan barang pada ‘rumah’nya
- Diskusi dan Melaksanakan diagram pertimbangan sebelum beli barang
- Punya jadwal berbenah bersama
- Melakukan listing barang kepemilikan kami

Pilar 4, Pengurangan Barang ( Declutter ) dan Prinsip Lagom

Efek pindah ke rumah yang baru direnov, kami sekeluarga melakukan declutter  besar-besaran.

Itu pun setelah sebulan lebih tinggal di rumah baru, declutter akan dilakukan lagi sepertinya, ditambah udah dapat materi tentang Lagom haha, makin aku memikirkan mana lagi nih yang perlu declutter.

Lagom merupakan istilah yang berasal dari Swedia yang artinya, not too little, not too much, just right. 

Meskipun aku belum bisa hidup ala Mahatma Gandhi, atau Fumio Sasaki dalam buku Goodbye Things, Hidup Minimalis ala Orang Jepang, yang katanya Mba Icha salahsatu fasil di kelas, Fumio, hidup minimalisnya sangat ekstrim, tapi bisa aku upayakan untuk tidak berlebih-lebihan. Semangat.

Indikator Lagom menurut pemahamanku, setelah baca materi dan TnJ:

Jadi ada pertanyaan yang makdeg menurutku dan sempat jadi mindsetku huhu,

‘Bagaimana dengan mindset, kita beli barang, nah nanti menghindari over barang, maka akan ada barang yang keluar juga?’

Dan ini ternyata termasuk menurut Fasilitator adalah mindset keliru dan belum kuat, yang benar adalah, barang tersebut kita perlukan atau sekadar keinginan? Jadi balik lagi kepada diagram pertimbangan beli barang, atau paling banter sebelum beli kita jawab pertanyaan ini dulu deh,

Apakah masih bermanfaat dan kita gunakan?
Apakah menambah nilai untuk hidup kita ( dunia dan akhirat )?

Indikator Lagom-ku :

- Bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini
- Cukup dengan barang yang dimiliki saat ini
- Disayang-sayang, dirawat dan dipakai sesuai fungsinya
- Beli barang berdasarkan KEBUTUHAN dan setelah menimbangnya memakai diagram pertimbangan ( kudu dibuat poster ini mah )

Saat decluttering nanti,

-Pilah barang yang masih dan menimbulkan spark joy saat dipakai, jika tidak segera donasikan, yang udah jelek dimanfaatkan menjadi kain lap atau fungsi lain
-Jika ada barang yang berlebih dan yakin akan manfaatnya suatu hari, maka dibuatkan 'rumah'
- Barang yang sudah tidak tahu mau diapakan lagi, maka akan dikuburkan.
- Barang yang tidak dipakai, tapi masih bisa dijual ke tukang loak, maka akan dibuatkan juga 'rumah' menunggu tukang loak datang, atau antar langsung ke lokasi pengepulan.

Dan memang, aku betah banget di rumah yang udah renovasi ini, aku bisa melakukan banyak hal dengan anakku dan terkhusus untuk diriku sendiri serta pasangan.

Alhamdulillah kelar juga Task 2 ini huhu, aku mengerjakannya pakai nyicil, karena benar-benar aku perlu pahaminya dengan seksama, menyelami kedalam diri dan pikiranku.

Berbenah, Hei kamu kegiatan yang gak sesimpel itu ternyata tapi mengubah keseluruhan hidupku haha.

Gak sabar menunggu Task berikutnya.

Semoga fasil gak mabok baca tulisan tugasku haha.

Tip Keren Agar Ibu Santai Bicara Menstruasi Pada Anak

Assalamualaykum Bunda,  Menstruasi pada anak perempuan adalah hal normal namun zaman saya dulu sungguh hal ini masih tabu, gak banyak orangt...